- PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Jagung manis
adalah salah satu jenis jagung yang banyak dikembangkan diberbagai daerah di
Indonesia. Konsumsi jagung manis semakin meningkat karena rasa dari jagung ini
yang lebih manis dari jagung jenis lainnya.
Menurut Syukur dan Rifianto (2013),
jagung manis di konsumsi segar dalam bentuk jagung rebus maupun jagung
bakar, dan bahan baku berbagai masakan dan produk olahan, misalnya kue, roti,
sayur sop, sayur asam, perkedel, cream, susu, sirup, bahan baku pembuat permen,
dan topping pizza.
Kebutuhan akan tersedianya jagung manis
dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut Paramita (2013), pada tahun 2008
– 2010, ekspor jagung manis mengalami penurunan sebesar 17.25% per tahun,
sedangkan impor jagung manis mengalami peningkatan sebesar 6.26% per tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa produksi jagung manis nasional belum dapat memenuhi
permintaan pasar.
Berbagai
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung manis di
antaranya dengan melaksanakan program ekstensifikasi maupun intensifikasi. Program ektensifikasi dapat dilakukan
dengan perluasan areal penanaman jagung
manis dengan memanfaatkan lahan yang ada.
Sedangkan program intensifikasi dilakukan dengan upaya-upaya penerapan
teknologi budidaya yang tepat spesifik lokasi. Salah satu teknologi yang
diterapkan untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah pengaturan jarak
tanam (Tanam Jajar Legowo), (Srihartanto, Budiarti, dan Suwarti 2013).
Teknologi
sistem jajar legowo ini diperlukan untuk mendapatkan tingkat populasi yang
optimal, mempermudah dalam perawatan, mendapatkan efek tambahan pakan (pada
tanam jajar legowo sisip), mengurangi kompetisi mendapatkan unsur hara antar
tanaman serta memaksimalkan penerimaan sinar matahari ke tanaman sehingga
proses fotosintesis dapat maksimal.
Dengan
demikian, maka pengaturan jarak tanam seperti legowo, bisa mengoptimalkan
pertumbuhan dan produksi jagung manis, sehingga kebutuhan pasar dapat
terpenuhi.
1.2 Perumusan Masalah
- Apa itu tanaman jagung manis ?
- Apa itu sistem tanam legowo?
- Apa pengaruh penerapan sistem tanam legowo terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis ?
- Bagaimana cara penerapan sistem tanam legowo terhadap tanaman jagung manis ?
1.3
Tujuan
Tujuan
dari LTT
ini adalah :
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat mengembangkan jiwa wirausahawan di bidang pertanian.
- Mengetahui pengaruh penerapan sistem tanam jajar legowo terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis.1.4 Iuaran yang diharapkan
- Penerapan legowo di harapkan bisa meningkatkan produksi dan kebutuhan pasar nasional jagung manis.
- Melakukan budidaya jagung yang baik dan benar.1.5 Manfaat1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung manis2. Untuk meningkatkan produksi dari jagung manis3. Untuk memaksimalkan penggunaan lahan pada budidaya jagung manis.4. Untuk meningkatkan populasi jagung manis
- TINJAUAN PUSTAKA
- KomoditiMenurut Syukur dan Rifianto (2013), jagung manis merupakan perkembangan dari jagung tipe flint (jagung mutiara) dan jagung tipe dent (jagung tipe gigi kuda). Hal yang membedakan jagung manis dengan jagung pakan adalah kandungan gulanya yang tinggi, stadia matang susu dan permukaan kernel yang menjadi transparan serta berkerut saat mengering.Klasifikasi tanaman jagung manis adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub
division : Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays saccharata Sturt
Jagung manis merupakan sumber
sayuran yang kaya vitamin A, B, E dan banyak mineral.
- Morfologi Tanaman Jagung Manis
Morfologi
tanaman jagung manis terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan tongkol. Pertumbuhan tanaman jagung manis di tandai
dengai munculnya akar primer setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder
berkembang pada buku buku pangkal batang dan tumbuh menyamping. (Syukur dan
Rifianto, 2013). Akar adventif disebut juga akar tunggang. Akar ini tumbuh
dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm dibawah permukaan tanah. Sementara akar
udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan
tanah (Syukur
dan Rifianto, 2013).
Tabel 1.
Kandungan gizi dari jagung manis tiap 100 g bahan
|
Zat gizi
|
Jumlah
|
|
Energi (kal)
|
96,0
|
|
Protein (g)
|
3,5
|
|
Lemak (g)
|
1,0
|
|
Karbohidrat (g)
|
22,8
|
|
Kalsium (mg)
|
3,0
|
|
Fosfor (mg)
|
111
|
|
Besi (mg)
|
0,7
|
|
Vitamin A (SI)
|
400
|
|
Vitamin B (mg)
|
0,15
|
|
Vitamin C (mg)
|
12,0
|
|
Air (g)
|
72,7
|
Sumber : Iskandar, 2007, dalam Paramita,
Jagung manis 2013.
Menurut Paramita, 2013. Kandungan protein dan lemak di dalam biji
jagung manis lebih tinggi daripada jagung biasa. Untuk membedakan jagung manis
dan jagung biasa, pada umumnya jagung manis berambut putih sedangkan jagung
biasa berambut merah.
Jagung manis tergolong tanaman
monokotil yang berumah satu (monoecious) artinya benangsari dan putik terdapat
pada bunga yang berbeda, tetapi dalam satu tanaman yang sama, bunga jantan
terdapat pada ujung batang utama, sedangkan bunga betina terdapat pada ketiak daun. (Syukur dan Rifianto, 2013)
Menurut Purwono dan Purnamawati,
2013, jagung tergolong tanaman yang
menyerbuk silang . Sifat ini lah yang menyebabkan sering di temukan tonggkol
jagung yang biji-bijinya berbeda warna (efek
xenia), dan malai bunga jantan biasanya muncul pada umur 40-50 hari setelah
tanam, lalu di ikuti bunga betina 1-3 hari kemudian. Pembungaan dan penyerbukan
akan terganggu bila terjadi kekeringan dan akibatnya produksi jagung menurun.
2.2 Teknologi
Sistem jajar legowo (TAJARWO)
merupakan sistem tanam yang memperhatikan larikan berselang seling antara 2
atau lebih baris tanaman jagung dan satu baris kosong. Tujuannya jajar legowo
ini agar populasi tanaman/ha dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan
(Suriapermana dan Syamsiah 1994). Keuntungan dari sistem tanam jajar legowo ini
adalah menjadikan semua tanaman atau lebih banyak tanaman menjadi tanaman
pinggir. Tanaman pinggir akan memperoleh sinar matahari yang lebih banyak dan
sirkulasi udara yang lebih baik, dan memperoleh unsur unsur hara yang lebih
merata serta mempermudah pemeliharaan tanaman.
Selain pada tanaman padi, sistem
tanam legowo ternyata juga dapat diterapkan pada pertanaman jagung. Berbeda
dengan padi, tanaman jagung tidak membentuk anakan, manfaat menerapkan sistem
tanam legowo pada tanaman jagung adalah
1). Meningkatkan
penerimaan intensitas cahaya matahari pada daun dan diharapkan hasil asimilat
meningkat sehingga pengisian biji dapat optimal 2).
Memudahkan
pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan gulma baik secara manual maupun
dengan herbisida, pemupukan, serta pemberian air.3). Memudahkan penanaman untuk pertanaman II dengan sistem tanam
sisip yang dilakukan 2 minggu sebelum pertanaman I dipanen (khusus untuk
wilayah potensial penanaman jagung 2 kali berturut-turut) sehingga menghemat
periode pertumbuhan tanaman di lapangan.
Menurut Kusmayadi (2014), Ada
beberapa tipe cara tanam legowo yang biasa diterapkan petani diantaranya tipe
legowo (2:1), (3:1) dst. Tanam legowo 2:1 berarti setiap dua baris tanaman
diselingi satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar
baris. Untuk menggantikan populasi tanaman pada baris yang kosong, jumlah
tanaman pada setiap baris yang berdekatan dengan baris yang kosong ditambah
sehingga jarak tanam dalam barisan menjadi lebih rapat.
- METODE PENELITIAN
- Tempat dan WaktuKegiatan penelitian ini dilaksanakan di lahan disekitar kampus Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh pada bulan Agustus 2015 sampai November 2015. Lahan yang digunakan adalah lahan yang disewa dengan luas 500 m2 .3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada kegiatan Lomba Teknik Terapan
adalah ember, arit/sabit, cangkul, garu, gembor, parang, tugal, meteran, ember, dan kored. Bahan yang digunakan ialah benih jagung manis Bonanza F1, pupuk
buatan ( Urea, KCl, dan SP36).
3.3. Prosedur
Pelaksanaan
- Pengadaan benih
Benih yang digunakan
adalah benih jagung manis unggul Bonanza F1. jarak tanam (100 - 50) cm x 20 cm,dan 1
tanaman/lubang dengan populasi sebanyak 66.000 tanaman/ha.Kebutuhan benih untuk
500 m2 adalah 3300 biji. Benih untuk penyulaman adalah 5 % dari
kebutuhan benih yaitu 165 biji. Total benih
yang dibutuhkan adalah 33465 biji atau setara dengan 500 gram.
Menurut Purwono dan Purnamawati (2013),
menyatakan bahwa benih yang digunakan adalah benih yang bersertifikat karena,
benih sudah di bubuhi fungisida, sehingga bida melindungi benih dari penyakit
bulaisat awal pertanamannya
- Pengolahan Tanah
Jagung membutuhkan media tumbuh yang
gembur dan beraerase baik untuk pertumbuhan yang optimal. Pada tanah masam,
sebainya satu bulan sebelum tanam, tanah di beri kapur dan bahan organik
terlebih dahulu, tujuannya untuk menaikan pH tanah dan meningkatkan kesuburan
tanah, bila draenase tanah kurang baik atau kandungan liatnya tinggi (tanah
padat), jagung dapat di taah di atas guludan.
(Purwono dan Purnamawati, 2013)
- Pemberian pupuk kandang kotoran burung puyuh
Pemberian kotoran burung puyuh dilakukan 7 hari
sebelum tanam atau setelah pengolahan tanah selesai dengan cara menebarkan
kotoran burung puyuh di atas lahan budidaya.
Dosis pemakaian kotoran burung puyuh sesuai dengan dosis anjuran yaitu 6
ton/hektar sehingga untuk lahan seluas 500 m2 kotoran burung puyuh
yang digunakan adalah 300
kg.
- Penanaman dan Pemupukan Dasar
Sebaiknya jagung di tanam awal musim
hujan atau menjelang musim kemarau. Jarak tanam yang dianjurkan adalah Legowo
(100 - 50) cm x 20 cm (1 tanaman/lubang). Sehingga di dapatkan populasinya
untuk 500 m² populasinya adalah 3.300 batang (Purwono dan Purnamawati, 2013).
Pemupukan jagung merupakan tanaman yang peka terhadap kekurangan unsur
nitrogen. Dosis pupuk urea adalah
250-300 kg/ha, dosis pupuk SP36 200kg/ha, cukup diberikan satukali satu tanam
dan KCL sebesar 75-100 kg/ha.pemberian pupuk dilakukan dalam larikan yang
berjarak tanam sekitar 7-8 cm dari lajur
lubang tanam dengan kedalaman 8-10 cm.
- Pemeliharaan
Menurut Purwono dan Purnamawati
(2013), menyatakan bahwa pembersihan gulma dapat mengurangi intensitas serangan
penggerak batang, jagung juga perlu dibumbun pada umur 4 MST bersamaan dengan
pemupukan kedua. Pembumbunan ini untuk memperkokoh tanaman agar tidak mudah
rebah.
Menurut Syukurdan Rifianto (2013),
pembumbunan dapat dilakukan dengan cara yaitu tanah di sebelah kanan dan kiri
barisan tanamn diuruk menggunakan cangkul,kemudian timbunkan tanah tersebut ke
barisan tanaman sehingga membentuk guludan memanjang.
- Pengamatan
- Fase Vegetatif
- Tinggi Tanaman
Tinggi
tananaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun yang terpanjang.
Pengukuran tinggi tanaman ini dilakukan minggu ke 2 setelah tanam dengan
interval 1 minggu sekali sampai memasuki fase generatif.
- Panjang Daun
Panjang
daun diukur dari pangkal daun sampai ujung daun dengan menggunakan meteran.
Daun yang diukur adalah daun yang terpanjang.
Pengukuran ini dilakukan pada minggu ke 2 setelah tanam dengan interval
1 minggu sekali sampai memasuki fase generative.
- Lebar Daun
Lebar daun diukur
dengan menggunakan meteran. Daun yang diukur adalah daun yang terpanjang.
Pengukuran ini dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan interval 1 minggu sekali
sampai memasuki fase generatif.
- Jumlah Daun
Jumlah
daun yang dihitung mulai dari daun yang paling bawah sampai daun yang tidak
menggulung pada bagian pucuk tanaman jagung atau semua daun yang sudah membuka
dengan sempurna.
- Fase Generatif
Pengamatan generatif yang dilakukan adalah pengamatn panjang
tongkol, diameter tongkol dan berat basah tongkol. Pengamatan panjang tongkol dilakukan dengan
cara mengukur panjang pangkal sampai ujung tongkol dengan menggunakan meteran.
Pengamatn diameter tongkol dilakukan dengan cara mengukur diameter tongkol
menggunakan jangka sorong. Pengamatan
Berat basah tongkol dilakukan dengan cara meninmbang tongkol jagung manis
beserta kelobot setelah pemanenan
- Panen.
Ciri umum jagung manis untuk di
panen segar adalah rambut berwarna coklat kehitaman, kering dan lengket, ujung
tongkal sudah terisi penuh, dan warna biji kuning mengkilat.(Syukur, dan
Rifianto 2013)
j. Pasca panen
Menurut Syukur dan Rifianto, 2013
menyatakan bahwa, jagung manis berkurang mutunya setelah di panen, sehingga
penanganan pascapanen sangat menentukan dalam mempertahankan rasa manis pada
jagung manis. Penanganan pasca panen
meliputi grading, pengemasan, dan penyimpanan.
Jagung sebaiknya disimpan di tempat
dingin dengan temperatur 1-5◦C untuk mempertahankan kandungan gula agar lebih
lama.
- BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
- Biaya
- Biaya OperasionalTable 1. Biaya sarana produksi untuk budidaya jagung manis dengan luas lahan 500 m2
|
No
|
Bahan
|
Satuan
|
Kebutuhan
|
Harga Satuan
|
Jumlah
|
|
1
|
Benih Jaging Manis
|
Kg
|
0.5
|
120000
|
60.000
|
|
2
|
Pupuk Urea
|
Kg
|
15
|
4000
|
60.000
|
|
3
|
Pupuk SP36
|
Kg
|
10
|
3500
|
35.000
|
|
4
|
Pupuk KCl
|
Kg
|
5
|
7000
|
35.000
|
|
5
|
Pupuk Kandang
|
Kg
|
300
|
300
|
90.000
|
|
Jumlah
|
280.000
|
||||
Table 2. Biaya tanaga
kerja untuk budidaya jagung manis dengan luas lahan 500 m2
|
No
|
Kegiatan
|
Satuan
|
Kebutuhan
|
Harga Satuan
|
Jumlah
|
|
1
|
Pengolahan tanah
|
HKO
|
3
|
60.000
|
180.000
|
|
2
|
Penanaman
|
HKO
|
1
|
60.000
|
60.000
|
|
3
|
Penyulaman
|
HKO
|
0.5
|
60.000
|
30.000
|
|
4
|
Penyiangan
|
HKO
|
2
|
60.000
|
120.000
|
|
5
|
Pemupukan susulan
|
HKO
|
1
|
60.000
|
60.000
|
|
6
|
Pembumbunan
|
HKO
|
2
|
60.000
|
120.000
|
|
7
|
Pengairan
|
HKO
|
1
|
60.000
|
60.000
|
|
8
|
Pengendalian hama dan
penyakit
|
HKO
|
1
|
60.000
|
60.000
|
|
9
|
Pengamatan
|
HKO
|
2
|
60.000
|
120.000
|
|
10
|
Panen dan pasca panen
|
HKO
|
2
|
60.000
|
120.000
|
|
Jumlah
|
930.000
|
||||
Total biaya Operasional
= (biaya saprodi + biaya tenaga kerja)
= Rp. 280.000 + Rp. 930.000
= Rp. 1.210.000
- Biaya Nonoperasional
- Biaya pembelian alat
Table 3. Biaya pembelian alat untuk
budidaya jagung manis dengan luas lahan 500 m2
|
No
|
Bahan
|
Kebutuhan
|
Harga Satuan
|
Jumlah
|
|
1
|
Cangkul
|
2
|
160.000
|
320.000
|
|
2
|
Garu
|
2
|
35.000
|
70.000
|
|
3
|
Kored
|
2
|
25.000
|
50.000
|
|
4
|
Ember
|
2
|
20.000
|
40.000
|
|
5
|
Gerobak
|
1
|
350.000
|
350.000
|
|
6
|
Parang
|
1
|
25.000
|
25.000
|
|
7
|
Tugal
|
2
|
5.000
|
10.000
|
|
8
|
Meteran
|
2
|
5.000
|
10.000
|
|
Jumlah
|
875.000
|
|||
- Biaya sewa lahan
Biaya
sewa lahan = luas lahan x
sewa laha 1 ha x periode tanam
Ha tahun
= 500 x Rp. 10.000.000 x 3
10.000 12
= Rp 125.000
- Biaya tak terdugaBiaya tak terduga = 5% x ( Biaya operasional + Biaya non operasional + sewa lahan)
=
5 % x (Rp. 1.210.000
+ Rp 875.000 + Rp
125.000 )
=
Rp. 110.500
- Biaya bunga modalBiaya bunga modal = 5% x ( Biaya operasional + Biaya non operasional + sewa lahan + biaya tak terduga ) x Musim tanam/tahun= 5 % x (Rp. 1.210.000 + Rp 875.000 + Rp 125.000 + Rp. 110.500 ) x 3/14
= Rp. 24.863
Total
biaya lain-lain = Sewa
lahan + Biaya tak terduga + Biaya bunga modal
=
Rp. 125.000 + Rp. 110.500 + Rp. 24.863
= Rp. 260.363
Total
Biaya (TC) = ( Biaya operasional + biaya non
operasional + biaya lain-lain)
= Rp. 1.210.000 + Rp 875.000 + Rp
260.363
)
= Rp.2.345.363
- Jadwal Kegiatan
|
No.
|
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||||||||||||
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
November
|
||||||||||||||
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
|
1
|
Pengolahan tanah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penanaman dan
pemupukan dasar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Penyulaman
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Penyiangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Pemupukan susulan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Pembumbunan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Pengairan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11
|
Pengendalian hama dan
penyakit
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
12
|
Pengamatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
13
|
Panen dan pasca panen
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Budi. 2015. Pengaruh Kelebihan dan kekurangan
unsur hara makro dan mikro tanaman.
http://www.imgaagro.web.id.diakses tanggal 29 Mei 2015.
Kusmayandi.
2014. Budidaya tanaman jagung
dengan sistem tanam legowo. Balai besar pelatihan pertanian
binang. Binang. 5 hal.
Marsudi, dan
Saparinto.,C. 2012. Puyuh. Penebar Swadaya. Jakarta. 124 hal.
Marvelia, A., Darmanti,
S., Parman, S. 2006.Produksi tanaman jaagung manis yang di perlakukan dengan kotoran kascing dengan dosis yang
berbeda. FMIPA Undip. 12 hal.
Murni, A,M., dan
Arief,R,W. 2008. Teknologi budidaya jagung. Balai besar pengkajian da pengembangan. Bogor. 22hal.
Paramita.
2013. Jagung manis. Universitas Sumatera Utara. Medan. 13 hal
Purwono.,dan
Purnamawati,H. 2013. Budidaya 8 jenis tanaman pangan unggul. Penebar swadaya. Jakarta. 137 hal.
Srihartanto,
E.Budiarti, S,W dan Suwarti. 2013. Penerapan sistem tanam jajar legowo untuk meningkatkan produksi dari
lahan inceptisols gunung kidul. Balai penelitian tanaman
serealia. Yogyakarta. 6 hal.
Supramudho,G,N. 2008.
Efisiensi serapan N pada berbagai imbangan pupuk kandang puyuh dan pupuk anorganik di lahan sawah palur
Sukoharjo. Univesitar sebelas maret.
Surakarta.
Syukur.,dan Rifianto,A.
2013. Jagung manis. Penebar swadaya. Jakarta. 124 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar