Kamis, 18 Agustus 2016

legowo jagung


  1. PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang

   Jagung manis adalah salah satu jenis jagung yang banyak dikembangkan diberbagai daerah di Indonesia. Konsumsi jagung manis semakin meningkat karena rasa dari jagung ini yang lebih manis dari jagung jenis lainnya.  Menurut Syukur dan Rifianto (2013),  jagung manis di konsumsi segar dalam bentuk jagung rebus maupun jagung bakar, dan bahan baku berbagai masakan dan produk olahan, misalnya kue, roti, sayur sop, sayur asam, perkedel, cream, susu, sirup, bahan baku pembuat permen, dan topping pizza.

Kebutuhan akan tersedianya jagung manis dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut Paramita (2013), pada tahun 2008 – 2010, ekspor jagung manis mengalami penurunan sebesar 17.25% per tahun, sedangkan impor jagung manis mengalami peningkatan sebesar 6.26% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa produksi jagung manis nasional belum dapat memenuhi permintaan pasar.

            Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung manis di antaranya dengan melaksanakan program ekstensifikasi maupun intensifikasi.  Program ektensifikasi dapat dilakukan dengan  perluasan areal penanaman jagung manis dengan memanfaatkan lahan yang ada.  Sedangkan program intensifikasi dilakukan dengan upaya-upaya penerapan teknologi budidaya yang tepat spesifik lokasi. Salah satu teknologi yang diterapkan untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah pengaturan jarak tanam (Tanam Jajar Legowo), (Srihartanto, Budiarti, dan Suwarti 2013).

            Teknologi sistem jajar legowo ini diperlukan untuk mendapatkan tingkat populasi yang optimal, mempermudah dalam perawatan, mendapatkan efek tambahan pakan (pada tanam jajar legowo sisip), mengurangi kompetisi mendapatkan unsur hara antar tanaman serta memaksimalkan penerimaan sinar matahari ke tanaman sehingga proses fotosintesis dapat maksimal.

            Dengan demikian, maka pengaturan jarak tanam seperti legowo, bisa mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi jagung manis, sehingga kebutuhan pasar dapat terpenuhi.



1.2  Perumusan Masalah

  1. Apa itu tanaman jagung manis ?
  2. Apa itu sistem tanam legowo?
  3. Apa pengaruh penerapan sistem tanam legowo terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis ?
  4. Bagaimana cara penerapan sistem tanam legowo terhadap tanaman jagung manis ?

1.3  Tujuan

Tujuan dari LTT ini adalah :

  1. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat mengembangkan      jiwa wirausahawan di bidang pertanian.
  2. Mengetahui pengaruh penerapan sistem tanam jajar legowo terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis.
    1.4  Iuaran yang diharapkan

  1. Penerapan legowo di harapkan bisa meningkatkan produksi dan kebutuhan pasar nasional jagung manis.
  2. Melakukan budidaya jagung yang baik dan benar.
    1.5 Manfaat
    1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung manis
    2. Untuk meningkatkan produksi dari jagung manis
    3. Untuk memaksimalkan penggunaan lahan pada budidaya jagung manis.
    4. Untuk meningkatkan populasi jagung manis




  1. TINJAUAN PUSTAKA
    1.   Komoditi
                  Menurut Syukur dan Rifianto (2013), jagung manis merupakan perkembangan dari jagung tipe flint (jagung mutiara) dan jagung tipe dent (jagung tipe gigi kuda). Hal yang membedakan jagung manis dengan jagung pakan adalah kandungan gulanya yang tinggi, stadia matang susu dan permukaan  kernel yang menjadi transparan serta berkerut saat mengering.
      Klasifikasi tanaman jagung manis adalah sebagai berikut:

Kingdom           : Plantae

Divisio              : Spermatophyta

Sub division      : Angiospermae

Kelas                : Monocotyledonae

Ordo                  : Poales

Famili                : Poaceae

Genus                : Zea

Spesies               : Zea mays saccharata Sturt

            Jagung manis merupakan sumber sayuran yang kaya vitamin A, B, E dan banyak mineral.

  1. Morfologi Tanaman Jagung Manis

            Morfologi tanaman jagung manis terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan tongkol.  Pertumbuhan tanaman jagung manis di tandai dengai munculnya akar primer setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku buku pangkal batang dan tumbuh menyamping. (Syukur dan Rifianto, 2013). Akar adventif disebut juga akar tunggang.  Akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm dibawah permukaan tanah.  Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah  (Syukur dan Rifianto, 2013).









Tabel 1. Kandungan gizi dari jagung manis tiap 100 g bahan

Zat gizi
 Jumlah
Energi (kal)
 96,0
Protein (g)
 3,5
Lemak (g)
1,0
Karbohidrat (g)
22,8
Kalsium (mg)
3,0
Fosfor (mg)
111
Besi (mg)
0,7
Vitamin A (SI)
400
Vitamin B (mg)
0,15
Vitamin C (mg)
12,0
Air (g)
72,7

            Sumber : Iskandar, 2007, dalam Paramita, Jagung manis 2013.

            Menurut Paramita, 2013.  Kandungan protein dan lemak di dalam biji jagung manis lebih tinggi daripada jagung biasa. Untuk membedakan jagung manis dan jagung biasa, pada umumnya jagung manis berambut putih sedangkan jagung biasa berambut merah. 

            Jagung manis tergolong tanaman monokotil yang berumah satu (monoecious) artinya benangsari dan putik terdapat pada bunga yang berbeda, tetapi dalam satu tanaman yang sama, bunga jantan terdapat pada ujung batang utama, sedangkan bunga betina terdapat pada ketiak daun.  (Syukur dan Rifianto, 2013)

            Menurut Purwono dan Purnamawati, 2013,  jagung tergolong tanaman yang menyerbuk silang . Sifat ini lah yang menyebabkan sering di temukan tonggkol jagung yang biji-bijinya berbeda warna (efek xenia), dan malai bunga jantan biasanya muncul pada umur 40-50 hari setelah tanam, lalu di ikuti bunga betina 1-3 hari kemudian. Pembungaan dan penyerbukan akan terganggu bila terjadi kekeringan dan akibatnya produksi jagung menurun.

2.2 Teknologi

            Sistem jajar legowo (TAJARWO) merupakan sistem tanam yang memperhatikan larikan berselang seling antara 2 atau lebih baris tanaman jagung dan satu baris kosong. Tujuannya jajar legowo ini agar populasi tanaman/ha dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan (Suriapermana dan Syamsiah 1994). Keuntungan dari sistem tanam jajar legowo ini adalah menjadikan semua tanaman atau lebih banyak tanaman menjadi tanaman pinggir. Tanaman pinggir akan memperoleh sinar matahari yang lebih banyak dan sirkulasi udara yang lebih baik, dan memperoleh unsur unsur hara yang lebih merata serta mempermudah pemeliharaan tanaman.

            Selain pada tanaman padi, sistem tanam legowo ternyata juga dapat diterapkan pada pertanaman jagung. Berbeda dengan padi, tanaman jagung tidak membentuk anakan, manfaat menerapkan sistem tanam legowo pada tanaman jagung  adalah 1). Meningkatkan penerimaan intensitas cahaya matahari pada daun dan diharapkan hasil asimilat meningkat sehingga pengisian biji dapat optimal 2). Memudahkan pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan gulma baik secara manual maupun dengan herbisida, pemupukan, serta pemberian air.3).  Memudahkan penanaman untuk pertanaman II dengan sistem tanam sisip yang dilakukan 2 minggu sebelum pertanaman I dipanen (khusus untuk wilayah potensial penanaman jagung 2 kali berturut-turut) sehingga menghemat periode pertumbuhan tanaman di lapangan.

            Menurut Kusmayadi (2014), Ada beberapa tipe cara tanam legowo yang biasa diterapkan petani diantaranya tipe legowo (2:1), (3:1) dst. Tanam legowo 2:1 berarti setiap dua baris tanaman diselingi satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris. Untuk menggantikan populasi tanaman pada baris yang kosong, jumlah tanaman pada setiap baris yang berdekatan dengan baris yang kosong ditambah sehingga jarak tanam dalam barisan menjadi lebih rapat. 




  1. METODE  PENELITIAN
    1. Tempat dan Waktu
      Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di lahan disekitar kampus Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh pada bulan Agustus 2015 sampai November 2015.  Lahan yang digunakan adalah lahan yang disewa dengan luas 500 m2 .
      3.2.  Alat dan Bahan

            Alat yang digunakan pada kegiatan Lomba Teknik Terapan adalah ember, arit/sabit, cangkul, garu, gembor, parang, tugal, meteran, ember, dan kored. Bahan yang digunakan ialah benih jagung manis Bonanza F1, pupuk buatan ( Urea, KCl, dan SP36).

3.3. Prosedur Pelaksanaan

  1. Pengadaan benih

Benih yang digunakan adalah benih jagung manis unggul Bonanza F1.   jarak tanam (100 - 50) cm x 20 cm,dan 1 tanaman/lubang dengan populasi sebanyak 66.000 tanaman/ha.Kebutuhan benih untuk 500 m2 adalah 3300 biji. Benih untuk penyulaman adalah 5 % dari kebutuhan benih yaitu 165 biji.  Total benih yang dibutuhkan adalah 33465 biji atau setara dengan 500 gram.

Menurut Purwono dan Purnamawati (2013), menyatakan bahwa benih yang digunakan adalah benih yang bersertifikat karena, benih sudah di bubuhi fungisida, sehingga bida melindungi benih dari penyakit bulaisat awal pertanamannya

  1. Pengolahan Tanah

            Jagung membutuhkan media tumbuh yang gembur dan beraerase baik untuk pertumbuhan yang optimal. Pada tanah masam, sebainya satu bulan sebelum tanam, tanah di beri kapur dan bahan organik terlebih dahulu, tujuannya untuk menaikan pH tanah dan meningkatkan kesuburan tanah, bila draenase tanah kurang baik atau kandungan liatnya tinggi (tanah padat), jagung dapat di taah di atas guludan.  (Purwono dan Purnamawati, 2013)

  1. Pemberian pupuk kandang kotoran burung puyuh

Pemberian kotoran burung puyuh dilakukan 7 hari sebelum tanam atau setelah pengolahan tanah selesai dengan cara menebarkan kotoran burung puyuh di atas lahan budidaya.  Dosis pemakaian kotoran burung puyuh sesuai dengan dosis anjuran yaitu 6 ton/hektar sehingga untuk lahan seluas 500 m2 kotoran burung puyuh yang digunakan adalah 300 kg.

  1. Penanaman dan Pemupukan Dasar

            Sebaiknya jagung di tanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Jarak tanam yang dianjurkan adalah Legowo (100 - 50) cm x 20 cm (1 tanaman/lubang). Sehingga di dapatkan populasinya untuk 500 m² populasinya adalah 3.300 batang (Purwono dan Purnamawati, 2013). Pemupukan jagung merupakan tanaman yang peka terhadap kekurangan unsur nitrogen.  Dosis pupuk urea adalah 250-300 kg/ha, dosis pupuk SP36 200kg/ha, cukup diberikan satukali satu tanam dan KCL sebesar 75-100 kg/ha.pemberian pupuk dilakukan dalam larikan yang berjarak  tanam sekitar 7-8 cm dari lajur lubang tanam dengan kedalaman 8-10 cm.

  1. Pemeliharaan

            Menurut Purwono dan Purnamawati (2013), menyatakan bahwa pembersihan gulma dapat mengurangi intensitas serangan penggerak batang, jagung juga perlu dibumbun pada umur 4 MST bersamaan dengan pemupukan kedua. Pembumbunan ini untuk memperkokoh tanaman agar tidak mudah rebah.

            Menurut Syukurdan Rifianto (2013), pembumbunan dapat dilakukan dengan cara yaitu tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanamn diuruk menggunakan cangkul,kemudian timbunkan tanah tersebut ke barisan tanaman sehingga membentuk guludan memanjang.

  1. Pengamatan

  1. Fase Vegetatif

  1. Tinggi Tanaman

            Tinggi tananaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun yang terpanjang. Pengukuran tinggi tanaman ini dilakukan minggu ke 2 setelah tanam dengan interval 1 minggu sekali sampai memasuki fase generatif.

  1. Panjang Daun

            Panjang daun diukur dari pangkal daun sampai ujung daun dengan menggunakan meteran. Daun yang diukur adalah daun yang terpanjang.  Pengukuran ini dilakukan pada minggu ke 2 setelah tanam dengan interval 1 minggu sekali sampai memasuki fase generative.

  1. Lebar Daun

Lebar daun diukur dengan menggunakan meteran. Daun yang diukur adalah daun yang terpanjang. Pengukuran ini dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan interval 1 minggu sekali sampai memasuki fase generatif.

  1. Jumlah Daun

            Jumlah daun yang dihitung mulai dari daun yang paling bawah sampai daun yang tidak menggulung pada bagian pucuk tanaman jagung atau semua daun yang sudah membuka dengan sempurna.

  1. Fase Generatif

            Pengamatan generatif  yang dilakukan adalah pengamatn panjang tongkol, diameter tongkol dan berat basah tongkol.  Pengamatan panjang tongkol dilakukan dengan cara mengukur panjang pangkal sampai ujung tongkol dengan menggunakan meteran. Pengamatn diameter tongkol dilakukan dengan cara mengukur diameter tongkol menggunakan jangka sorong.  Pengamatan Berat basah tongkol dilakukan dengan cara meninmbang tongkol jagung manis beserta kelobot setelah pemanenan

      1. Panen.

            Ciri umum jagung manis untuk di panen segar adalah rambut berwarna coklat kehitaman, kering dan lengket, ujung tongkal sudah terisi penuh, dan warna biji kuning mengkilat.(Syukur, dan Rifianto 2013)

j. Pasca panen

            Menurut Syukur dan Rifianto, 2013 menyatakan bahwa, jagung manis berkurang mutunya setelah di panen, sehingga penanganan pascapanen sangat menentukan dalam mempertahankan rasa manis pada jagung manis.  Penanganan pasca panen meliputi grading, pengemasan, dan penyimpanan.

            Jagung sebaiknya disimpan di tempat dingin dengan temperatur 1-5◦C untuk mempertahankan kandungan gula agar lebih lama.











  1. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
    1. Biaya
      1. Biaya Operasional
        Table 1. Biaya sarana produksi untuk budidaya jagung manis dengan luas lahan 500 m2

No
Bahan
Satuan
Kebutuhan
Harga Satuan
Jumlah
1
Benih Jaging Manis
Kg
0.5
120000
60.000
2
Pupuk Urea
Kg
15
4000
60.000
3
Pupuk SP36
Kg
10
3500
35.000
4
Pupuk KCl
Kg
5
7000
35.000
5
Pupuk Kandang
Kg
300
300
90.000
Jumlah
280.000

Table 2. Biaya tanaga kerja untuk budidaya jagung manis dengan luas lahan 500 m2

No
Kegiatan
Satuan
Kebutuhan
Harga Satuan
Jumlah
1
Pengolahan tanah
HKO
3
60.000
180.000
2
Penanaman
HKO
1
60.000
60.000
3
Penyulaman
HKO
0.5
60.000
30.000
4
Penyiangan
HKO
2
60.000
120.000
5
Pemupukan susulan
HKO
1
60.000
60.000
6
Pembumbunan
HKO
2
60.000
120.000
 7
Pengairan
HKO
1
60.000
60.000
 8
Pengendalian hama dan penyakit
HKO
1
60.000
60.000
 9
Pengamatan
HKO
2
60.000
120.000
 10
Panen dan pasca panen
HKO
2
60.000
120.000
Jumlah
930.000

Total biaya Operasional = (biaya saprodi + biaya tenaga kerja)

                                        = Rp. 280.000 + Rp. 930.000

                                        = Rp. 1.210.000

      1. Biaya Nonoperasional

  1. Biaya pembelian alat

Table 3. Biaya pembelian alat untuk budidaya jagung manis dengan luas lahan 500 m2

No
Bahan
Kebutuhan
Harga Satuan
Jumlah
1
Cangkul
2
160.000
320.000
2
Garu
2
35.000
70.000
3
Kored
2
25.000
50.000
4
Ember
2
20.000
40.000
5
Gerobak
1
350.000
350.000
6
Parang
1
25.000
25.000
7
Tugal
2
5.000
10.000
8
Meteran
2
5.000
10.000
Jumlah
875.000

      1. Biaya sewa lahan

Biaya sewa lahan        = luas lahan x sewa laha 1 ha x periode tanam

                                Ha                                               tahun

=   500 x Rp. 10.000.000 x  3 

                            10.000                            12

                        = Rp 125.000

      1. Biaya tak terduga
        Biaya tak terduga  = 5% x ( Biaya operasional + Biaya non operasional + sewa lahan)

                              = 5 % x (Rp. 1.210.000 + Rp 875.000 + Rp 125.000 )

                              = Rp. 110.500

      1. Biaya bunga modal
        Biaya bunga modal  = 5% x ( Biaya operasional + Biaya non operasional + sewa lahan + biaya tak terduga ) x Musim tanam/tahun
         = 5 % x (Rp. 1.210.000 + Rp 875.000 + Rp 125.000 + Rp. 110.500 ) x 3/14

                                   = Rp. 24.863

Total biaya lain-lain  = Sewa lahan + Biaya tak terduga + Biaya bunga modal

                                    = Rp. 125.000 + Rp. 110.500 + Rp. 24.863

                                    = Rp. 260.363

Total Biaya (TC) = ( Biaya operasional + biaya non operasional + biaya lain-lain)

                               = Rp. 1.210.000 + Rp 875.000 + Rp 260.363 )

                               = Rp.2.345.363

    1. Jadwal Kegiatan

No.
Kegiatan
Bulan
Agustus
September
Oktober
November
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Pengolahan tanah
















5
Penanaman dan pemupukan dasar
















6
Penyulaman
















7
Penyiangan
















8
Pemupukan susulan
















9
Pembumbunan
















10
Pengairan
















11
Pengendalian hama dan penyakit
















12
Pengamatan
















13
Panen dan pasca panen































DAFTAR PUSTAKA

Budi. 2015. Pengaruh Kelebihan dan kekurangan unsur hara makro dan mikro        tanaman. http://www.imgaagro.web.id.diakses tanggal 29 Mei 2015.

Kusmayandi.  2014.  Budidaya tanaman jagung dengan sistem tanam legowo.        Balai besar pelatihan pertanian binang.  Binang. 5 hal.

Marsudi, dan Saparinto.,C. 2012. Puyuh. Penebar Swadaya. Jakarta. 124 hal.

Marvelia, A., Darmanti, S., Parman, S. 2006.Produksi tanaman jaagung manis        yang di perlakukan dengan kotoran kascing dengan dosis yang berbeda.             FMIPA Undip. 12 hal.

Murni, A,M., dan Arief,R,W. 2008. Teknologi budidaya jagung. Balai besar           pengkajian da pengembangan. Bogor. 22hal.

Paramita. 2013. Jagung manis. Universitas Sumatera Utara. Medan. 13 hal

Purwono.,dan Purnamawati,H. 2013. Budidaya 8 jenis tanaman pangan unggul.     Penebar swadaya. Jakarta. 137 hal.

Srihartanto, E.Budiarti, S,W dan Suwarti. 2013. Penerapan sistem tanam jajar        legowo untuk meningkatkan produksi dari lahan inceptisols gunung kidul.            Balai penelitian tanaman serealia.  Yogyakarta. 6 hal.

Supramudho,G,N. 2008. Efisiensi serapan N pada berbagai imbangan pupuk          kandang puyuh dan pupuk anorganik di lahan sawah palur Sukoharjo.    Univesitar sebelas maret. Surakarta.

Syukur.,dan Rifianto,A. 2013. Jagung manis. Penebar swadaya. Jakarta. 124 hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar